Home » » PERNYATAAN PRABOWO YANG BISA MENURUNKAN TINGKAT ELEKTABILITAS

PERNYATAAN PRABOWO YANG BISA MENURUNKAN TINGKAT ELEKTABILITAS

Terbit Oleh KABARPAGI on Jumat, 20 Juni 2014 | Jumat, Juni 20, 2014

PRABOWO dan JOKOWI merupakan tokoh yang bagus. Yang membuat saya kagum pada Prabowo adalah visi-misinya yang cukup bagus dan juga keberaniannya mencalonkan Ahok yang Kristen-Tionghoa menjadi wakil gubernur DKI. Saya bahkan pernah terang-terangan berharap terjadi duet Jokowi-Prabowo atau Prabowo-Jokowi di pilpres 2014, kalau tidak percaya baca artikel-artikel saya yang dulu, contohnya ini:
http://politik.kompasiana.com/2014/04/02/memperbandingkan-jokowi-dengan-prabowo-644008.html
Namun belakangan setelah memasuki masa kampanye pilpres, semakin lama saya semakin kehilangan respek pada Prabowo. Sekarang saya bahkan sampai pada kesimpulan bahwa berbahaya jika sampai orang ini menjadi Presiden beneran. Ada banyak alasan, namun alasan yang paling kuat adalah pernyataan-pernyataan Prabowo itu sendiri. Berikut inilah beberapa pernyataan beliau yang paling membuat saya illfeel:
1.  ”Saya setuju kepala daerah bekerja sama dengan FPI”
Sumber: http://news.detik.com/read/2013/10/26/150742/2396256/10/prabowo-setuju-kepala-daerah-kerjasama-dengan-fpi
Bagi saya pernyataan ini benar-benar berkontradiksi dengan sosok Prabowo yang selama ini dicitrakan “tegas, berani, dan cerdas”. Dalam debat capres yang lalu Prabowo bahkan mengaku sebagai sosok yang “siap dan berani bayar harga berapapun untuk membela HAM”. Namun pernyataannya mendukung FPI ini benar-benar tidak sesuai dengan citra tersebut. FPI yang selama ini jelas-jelas visi-misinya bertentangan dengan Pancasila, terang-terangan menggunakan kekerasan untuk melanggar HAM orang lain (merusak tempat ibadah, merusak perkumpulan ibadah ahmadiyah, menolak adanya kepala daerah non islam, merusak kedai-kedai makanan yang buka saat masa puasa, dll). Kalau memang Prabowo benar-benar siap bayar harga berapapun untuk membela HAM, harusnya Prabowo bersikap tegas dan berani terhadap FPI. Di mana-mana tuh namanya pelanggar hukum pasti harus dihukum dan diberantas bukan malah diajak kerja sama! Saya sampai khawatir bisa-bisa tokoh ini bakal mengajak kerja sama teroris, geng motor, mafia hukum dsb.
2. “Kita anjurkan markas besar polisi, kalau milih polisi harus yang ganteng-ganteng dan yang cantik-cantik”
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014/06/02/1517315/Agar.Polisi.Disegani.Prabowo.Sarankan.Polri.Hanya.Rekrut.yang.Ganteng.dan.Cantik
Gila deh pernyataan ini. Ternyata bagi Prabowo, yang membuat polisi bisa disegani adalah tampang ganteng/cantik, bukan ketegasan, rasa keadilan, keberanian, integritas dan sebagainya.
3. “Saya akan perjuangkan Soeharto jadi pahlawan nasional”
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014/06/03/2054036/Prabowo.Ingin.Jadikan.Soeharto.sebagai.Pahlawan.Nasional.
Waduh! Ternyata seorang diktator yang mengkudeta Soekarno melalui peristiwa G 30 S, seorang yang membuat diskriminasi habis-habisan terhadap etnis tionghoa dan memberangus seluruh budaya tionghoa di Indonesia, membuat tim penembak misterius, menggunakan cara-cara kotor untuk mempertahankan kekuasaannya selama 2 dasawarsa lebih, memicu peristiwa kerusuhan 1998 ini merupakan sosok pahlawan nasional di mata Prabowo!
4. “Untuk mengatasi masalah korupsi, naikkan gaji pejabat”
Sumber: Debat capres-cawapres 9 Juni 2014
Prabowo mengatakan bahwa para pejabat gajinya perlu dinaikkan supaya mereka tidak lagi tergiur oleh suap dan korupsi. Hei Prabowo, sadar dong. Selama ini mereka yang korupsi itu  terbukti mereka yang duitnya banyak, bukan orang miskin. Contohnya: Akil Mochtar, Anas Urbaningrum, Luthfi Hasan Isaq, Suryadharma Ali, Angelina Sondakh, dll. Mereka-mereka itu orang yang duitnya banyak bung! Orang kalau memang mentalnya korup ya mau digaji berapa banyakpun bakal tetap korupsi, justru mereka akan makin serakah! Lagipula pernyataannya ini sama sekali tidak menunjukkan simpati pada masyarakat Indonesia yang sudah lama merasa lelah dengan korupsi para pejabat, masyarakat berjuang dalam kemiskinan sementara para pejabat bersenang-senang menikmati gaji besar, uang hasil korupsi dsb, sementara hasil kerjanya nol, tidur melulu di sidang DPR! Lagipula jika gaji  pejabat dinaikkan, itu justru akan memicu orang-orang semakin mati-matian mengejar jabatan di pemerintahan, akibatnya mereka akan rela menghabiskan biaya makin besar untuk kampanye, untuk setor ke partai (supaya didukung oleh partai tsb), untuk bagi-bagi uang, dsb, dan akibatnya prinsip “keuangan yang maha esa” akan semakin merajalela di negeri ini. Lagipula kalau gajinya dinaikkan, mau dinaikkan berapa banyak? Dibandingkan penghasilan mereka dari suap dan korupsi, gaji mereka itu kalah jauh, bahkan kalau dinaikkan sampai 10 kali lipat pun. Ambil contoh Akil Mochtar, gajinya sekitar 15o juta per bulan kalau tidak salah, tapi sekali dia terima suap bakal dapat 10 M. Jadi haruskah kita naikkan gajinya menjadi 10 M supaya dia gak korupsi lagi? Gila kali….
Sekarang pikirkan seperti ini. Bukankah tujuan pencegahan/pemberantasan korupsi adalah supaya uang negara (APBN dan APBD) digunakan untuk pembangunan dan bukan malah masuk ke kantong pejabat? Sekarang Prabowo mau menaikkan gaji pejabat, dengan demikian pengeluaran APBN/APBD untuk gaji pejabat akan membengkak. Jadi bukankah hasil akhirnya akan sama saja: uang negara tidak digunakan untuk pembangunan dan malah masuk ke kantong pejabat?
Analoginya sama seperti ini. Seorang pengusaha perlahan-lahan menjadi miskin gara-gara pembantunya mencuri uangnya terus-menerus. Suatu kali dia berkonsultasi kepada temannya dan temannya itu menyarankan: supaya uang anda gak dicurinya lagi, berikan saja semua uang anda kepada pembantu anda itu.
Bukankah itu saran yang ngaco? Kalau seperti itu mah hasilnya sama saja dong, uang pengusaha itu masuk ke kantong pembantunya? Sama seperti itulah ide Prabowo untuk menaikkan gaji pejabat. Uang APBN/APBD tidak digunakan untuk pembangunan tapi malah untuk memperkaya pejabat.
5. “Kalau ada serangan fajar, terima saja uangnya, tapi tetap coblos no 1″
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014/06/10/1217526/Prabowo.Kalau.Ada.Serangan.Fajar.Terima.Uangnya.
Pernyataan yang ini benar-benar ngaco. Di saat KPK dan bawaslu sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan “Tolak politik uang”, si Prabowo malah mengajarkan “terima saja uangnya”. Kalau ada serangan fajar/bagi-bagi uang tuh harusnya laporkan ke polisi bung! Saya sampai heran dengan pola pikir Prabowo ini, jangan-jangan pemikiran pola pikir Prabowo ini merupakan perwakilan dari pola pikir para politikus-politikus korup?
Kesimpulan saya: tokoh ini benar-benar gawat jika sampai beneran jadi presiden. BUkan hanya karena pernyataan-pernyataannya yang sudah saya sebut di atas, tapi juga banyak alasan lainnya, antara lain: jika dia jadi presiden, beranikah dia memerintahkan penyelidikan total untuk menyingkapkan seluruh kebenaran atas kasus 1998? Belum lagi manifesto keagamaan di tweet Gerindra yang terkesan hendak melenyapkan kebebasan beragama itu. Kalau seperti ini saya akan jauh lebih suka negara saya tanpa presiden saja daripada dipimpin orang ini.